Hukum memotong kuku dan rambut dalam keadaan Haid

Assalamualaikum wr wb.
Diskripsi masalah 
Adalah kaum hawa dalam setiap bulannya ada halangan untuk melaksanakan ibadah seperti shalat dan puasa yaitu pada saat haid atau nifas.

Pertanyaan :

Assalamualaikum warohmatullohi wabarakatuh

Asatid yg ummi Ta'dzimi
Mohon di bahas hukum
larangan potong kuku dan keramas ketika haidh?

Dan sertakan Reperensi nya,,
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

 Jawaban :

Sunah untuk tidak memotong kuku,rambut dll, karena kelak di akhirat anggota badan yg belum disucikan akan kembali kepemiliknya masih dalam keadaan jinabat. 

Ref
Hasyiyah Al-Qulyubi Ala Syarhil Mahalli, Jilid: 1 Hal: 78

ﻓﺎﺋﺪﺓ : ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻹﺣﻴﺎﺀ ﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻟﻺﻧﺴﺎﻥ ﺃﻥ ﻳﺰﻳﻞ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺷﻌﺮﻩ ﺃﻭ ﻳﻘﺺ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﻇﻔﺮﻩ ﺃﻭ ﻳﺴﺘﺤﺪ ﺃﻭ ﻳﺨﺮﺝ ﺩﻣﺎ ﺃﻭ ﻳﺒﻴﻦ ﻣﻦ ﻧﻔﺴﻪ ﺟﺰﺀﺍ ﻭﻫﻮ ﺟﻨﺐ ﺇﺫ ﺳﺎﺋﺮ ﺃﺟﺰﺍﺋﻪ ﺗﺮﺩ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﻲ ﺍﻵﺧﺮﺓ ﻓﻴﻌﻮﺩ ﺟﻨﺒﺎ ، ﻭﻳﻘﺎﻝ : ﺇﻥ ﻛﻞ ﻋﺸﺮﺓ ﺗﻄﺎﻟﺒﻪ ﺑﺠﻨﺎﺑﺘﻬﺎ ﺍﻧﺘﻬﻰ ، ﻭﻓﻲ ﻋﻮﺩ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺪﻡ ﻧﻈﺮ ، ﻭﻛﺬﺍ ﻓﻲ ﻏﻴﺮﻩ ﻷﻥ ﺍﻟﻌﺎﺋﺪ ﻫﻮ ﺍﻷﺟﺰﺍﺀ ﺍﻟﺘﻲ ﻣﺎﺕ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺇﻻ ﻧﻘﺺ ﻧﺤﻮ ﻋﻀﻮ ﻓﺮﺍﺟﻌﻪ.

والله أعلم بالصواب

Ihya’ Ulumiddin /I /401

ﻭﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺤﻠﻖ ﺃﻭ ﻳﻘﻠﻢ ﺃﻭ ﻳﺴﺘﺤﺪ ﺃﻭ ﻳﺨﺮﺝ ﺍﻟﺪﻡ ﺃﻭ ﻳﺒﻴﻦ ﻣﻦ ﻧﻔﺴﻪ ﺟﺰﺀﺍً ﻭﻫﻮ ﺟﻨﺐ؛ ﺇﺫ ﺗﺮﺩ ﺇﻟﻴﻪ ﺳﺎﺋﺮ ﺃﺟﺰﺍﺋﻪ ﻓﻲ ﺍﻵﺧﺮﺓ ﻓﻴﻌﻮﺩ ﺟﻨﺒﺎً، ﻭﻳﻘﺎﻝ ﺇﻥ ﻛﻞ ﺷﻌﺮﺓ ﺗﻄﺎﻟﺒﻪ ﺑﺠﻨﺎﺑﺘﻬﺎ
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Hasyiah As-Syarwani /I / 284

ﻗﻮﻟﻪ : ‏( ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﺰﻳﻞ ﺍﻟﺦ ‏) ﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﻨﻬﺎﻳﺔ ﻭﺍﻟﺨﻄﻴﺐ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻻﺣﻴﺎﺀ ﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺤﻠﻖ ﺃﻭ ﻳﻘﻠﻢ ﺃﻭ ﻳﺴﺘﺤﺪ ﺃﻭ ﻳﺨﺮﺝ ﺩﻣﺎ ﺃﻭ ﻳﺒﻴﻦ ﻣﻦ ﻧﻔﺴﻪ ﺟﺰﺀﺍ ﻭﻫﻮ ﺟﻨﺐ ﺇﺫ ﺳﺎﺋﺮ ﺃﺟﺰﺍﺋﻪ ﺍﻟﺦ ﻗﻮﻟﻪ : ‏( ﻻﻥ ﺃﺟﺰﺍﺀﻩ ﺍﻟﺦ ‏) ﻇﺎﻫﺮ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺼﻨﻴﻊ ﺃﻥ ﺍﻻﺟﺰﺍﺀ ﺍﻟﻤﻨﻔﺼﻠﺔ ﻗﺒﻞ ﺍﻻﻏﺘﺴﺎﻝ ﻻ ﻳﺮﺗﻔﻊ ﺟﻨﺎﺑﺘﻬﺎ ﺑﻐﺴﻠﻬﺎ ﺳﻢ ﻋﻠﻰ ﺣﺞ ﺍﻩ ﻉ ﺵ ﻗﻮﻟﻪ : ‏( ﺗﻌﻮﺩ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﻲ ﺍﻵﺧﺮﺓ ‏) ﻫﺬﺍ ﻣﺒﻨﻲ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﻌﻮﺩ ﻟﻴﺲ ﺧﺎﺻﺎ ﺑﺎﻻﺟﺰﺍﺀ ﺍﻻﺻﻠﻴﺔ ﻭﻓﻴﻪ ﺧﻼﻑ ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺴﻌﺪ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻌﻘﺎﺋﺪ ﺍﻟﻨﺴﻔﻴﺔ ﺍﻟﻤﻌﺎﺩ ﺇﻧﻤﺎ ﻫﻮ ﺍﻻﺟﺰﺍﺀ ﺍﻻﺻﻠﻴﺔ ﺍﻟﺒﺎﻗﻴﺔ ﻣﻦ ﺃﻭﻝ ﺍﻟﻌﻤﺮ ﺇﻟﻰ ﺁﺧﺮﻩ ﻉ ﺵ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﺒﺠﻴﺮﻣﻲ ﻓﻴﻪ ﻧﻈﺮ ﻻﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺮﺩ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﺎ ﻣﺎﺕ ﻋﻠﻴﻪ ﻻ ﺟﻤﻴﻊ ﺃﻇﻔﺎﺭﻩ ﺍﻟﺘﻲ ﻗﻠﻤﻬﺎ ﻓﻲ ﻋﻤﺮﻩ ﻭﻻ ﺷﻌﺮﻩ ﻛﺬﻟﻚ ﻓﺮﺍﺟﻌﻪ ﻗﻠﻴﻮﺑﻲ ﻭﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﻤﺪﺍﺑﻐﻲ ﻗﻮﻟﻪ ﻻﻥ ﺃﺟﺰﺍﺀﻩ ﺍﻟﺦ ﺃﻱ ﺍﻻﺻﻠﻴﺔ ﻓﻘﻂ ﻛﺎﻟﻴﺪ ﺍﻟﻤﻘﻄﻮﻋﺔ ﺑﺨﻼﻑ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺸﻌﺮ ﻭﺍﻟﻈﻔﺮ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻌﻮﺩ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻨﻔﺼﻼ ﻋﻦ ﺑﺪﻧﻪ ﻟﺘﺒﻜﻴﺘﻪ ﺃﻱ ﺗﻮﺑﻴﺨﻪ ﺣﻴﺚ ﺃﻣﺮ ﺑﺄﻥ ﻻ ﻳﺰﻳﻠﻪ ﺣﺎﻟﺔ ﺍﻟﺠﻨﺎﺑﺔ ﺃﻭ ﻧﺤﻮﻫﺎ ﺍﻧﺘﻬﺖ ﺍﻩ ﻗﻮﻟﻪ : ‏( ﻭﻳﻘﺎﻝ ﺇﻥ ﻛﻞ ﺷﻌﺮﺓ ﺍﻟﺦ ‏) ﻓﺎﺋﺪﺗﻪ ﺍﻟﺘﻮﺑﻴﺦ ﻭﺍﻟﻠﻮﻡ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻟﻔﺎﻋﻞ ﺫﻟﻚ ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻣﺤﻞ ﺫﻟﻚ ﺣﻴﺚ ﻗﺼﺮ ﻛﺄﻥ ﺩﺧﻞ ﻭﻗﺖ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﻟﻢ ﻳﻐﺘﺴﻞ ﻭﺇﻻ ﻓﻼ ﻛﺄﻥ ﻓﺠﺄﻩ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﻉ ﺵ


Memotong rambut dan menggunting kuku bagi wanita haid hukumnya makruh. Jika dikerjakan tidak mendapat dosa. Adapun yang wajib di cuci setelah haid berhenti adalah tempat potongan rambut dan kuku bukan rambut dan kuku yang telah terpotong. jadi kalau sudah terlepas dari badan tidak perlu dicuci. Ta’bir dari kitab :

1. Nihayatuzzain:

وَمَنْ لَزِمَهُ غُسْلٌ يُسَنُّ لَهُ أَلَّا يُزِيْلَ شَيْئاً مِنْ بَدَنِهِ وَلَوْ دَمًا أَوْ شَعَرًا أَوْ ظُفْرًا حَتَّى يَغْتَسِلَ لِأَنَّ كُلَّ جُزْءٍ يَعُوْدُ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ فَلَوْ أَزَالَهُ قَبْلَ الْغُسْلِ عَادَ عَلَيْهِ الْحَدَثُ الْأَكْبَرُ تَبْكِيْتًا لِلشَّخْصِ

"Barang siapa yang wajib mandi maka agar tidak menghilangkan satupun dari anggota badannya walaupun berupa darah atau kuku sehingga mandi, karena semua anggota badan akan kembali kepadanya di akherat. Jika dia menghilangkannya sebelum mandi maka hadats besar akan kembali kepadanya sebagia teguran kepadanya." (Nihayatuzzain, 1/31). Sumber kitab : Nihayatuzzain juz I halaman 31, cetakan Al Ma’aarif Bandung / halaman 31, maktabah syamilah. 

2. Fathul Mu'in:

وَ ) ثاَنِيْهِمَا ( تَعْمِيْمُ ) ظَاهِرُ ( بَدَنٍ حَتىَّ ) َاْلأَظْفاَرَ وَماَ تَحْتَهاَ وَ ( الشَّعْرَ ) ظَاهِرًا وَباَطِناً وَإِنْ كَثِفَ وَماَ ظَهَرَ مِنْ نَحْوِ مَنْبَتِ شَعْرَةٍ زَالَتْ قَبْلَ غَسْلِهاَ

"Syarat yang kedua yaitu meratakan air pada seluruh anggota dzohir badan hingga kuku dan di bagian bawahnya, rambut bagian luar dan dalam, yakni tempat tumbuhnya rambut yang telah lepas sebelum mandi." (Fathul Mu'in, 1/31). Sumber kitab : Fat_hul Mu’in (Hamisy I’anatuththalibin juz I halaman 75, cetakan al ‘Alawiyyah) / 1/31, maktabah syamilah. 

3. Hasyiyah Syarwani:

أَنَّ الْأَجْزَاءَ الْمُنْفَصِلَةَ قَبْلَ الْإِغْتِسَالِ لَا يَرْتَفِعُ جَنَابَتُهَا بِغُسْلِهَا

"Bahwasanya anggota tubuh yang terpisah sebelum mandi, janabahnya tidak hilang dengan memandikannya." (Hasyiyah Syarwani, 1/84). Sumber kitab : Hasyiyah Syarwani juz I halaman 84, cetakan Mathba’ah Mushtafa Ahmad Mesir. 

Catatan : Ada juga ulama yang tidak memakruhkan.

وَقَالَ عَطَاءٌ : يَحْتَجِمُ الْجُنُبُ ، وَيُقَلِّمُ أَظْفَارَهُ ، وَيَحْلِقُ رَأْسَهُ ، وَإِنْ لَمْ يَتَوَضَّأْ .  وَمَا حَكاهُ عَنْ عَطَاءٍ ، مَعْنَاهُ : أَنَّ الْجُنُبَ لَا يُكْرَهُ لَهُ الْأَخْذُ مِنْ شَعَرِهِ وَظُفْرِهِ فِيْ حَالِ جَنَابَتِهِ ، وَلَا أَنْ يُخْرِجَ دَمَهُ بِحِجَامَةٍ وَغَيْرِهَا

وَلَا نَعْلَمُ فِيْ هَذَا خِلَافاً إِلَّا مَا ذَكَرَهُ بَعْضُ أَصْحَابِنَا وَهُوَ أَبُو الْفَرَجِ الشَّيْرَازِيِّ ، أَنَّ الْجُنُبَ يُكْرَهُ لَهُ الْأَخْذُ مِنْ شَعَرِهِ وَأَظْفَارِهِ

‘Atha berkata: “Orang junub berbekam, ,mencukur kepalanya walaupun tidak berwudhu”. Apa yang diceritakan dari ‘Atha maknanya ialah bahwasanya orang junub tidak dimakruhkan memotong rambut dan kukunya ketika dia junub, dan tidak makruh mengeluarkan darahnya dengan berbekam atau lainnya. Kami tidak mengetahui adanya perbedaan dalam hal ini keculai apa yang dituturkan sebagaian ash_hab kami yaitu Abul Faraj asy Syairazi bahwasanya orang junub makruh memotong rambut dan kuku. (Fathul Bari Li Ibni Rajab, 1/346). Sumber kitab : Fat_hul Bari, Syarhu Shahihil Bukhari karya al Hafizh Ibn Rajab al Hanbali juz I halaman 346, maktabah syamilah. /173.htm (2/54). 

Wallaahu A’lamu bishshawaab.


Penanggung jawab: @ummi/ امي دندازهيرة

Perumus dan mujawwib:   @Ust khosiyanto spdi @ust Aby Abd Hady @Ustadz M . Hasyiem Ritonga spd  @Ustad عاشق العلماء,  @ustd Ishadi 
@Ustadzah Al Maidatul Mutiara Annisa
dan Tim Admin yg lainnya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hukum Menolak Perjodohan Dari Orang Tua

Hukum Baju Yang Transparan Bagi Perempuan

HUKUM SHOLAT LIHURMATIL WAKTI/لفاقد الطهورين