Hukum was-was dalam melakukan ibadah
Assalamualaikum wr wb
Diskripsi masalah:
Setan menggoda / mengganggu manusia dari segala arah mulai dari depan , belakang , kanan dan kiri. Kadang ketika berwudhu atau melaksanakan ibadah shalat wajib atau ibadah sunnah suka lupa dan itu kadang mendatangkan keraguan pada diri seseorang walaupun tidak semua orang merasakan begitu.
Pertanyaan :
Assalamu'alaikum
Aby, jika kita berwudhu dan sholat namun ketika melakukannya selalu banyak keraguan sehingga mengulang nya beberapa kali itu sebab apa ya ?
Dan apakah wudhu dan sholat kita diterima ?
Adakah gangguan jin didalam tubuh manusia tersbut ?
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Jawaban :
Wa 'Alaikumus Salam
Iya benar Itu was² dari setan.
Caranya Dicuekin saja, sebab was² tidaklah memberi dampak apa² terhadap ibadah
ولا مؤاخذة بوسواس قهري فى الصلاة كالإيمان وغيره.
(قوله : ولامؤاخذة) أى لاضرر في ذلك وقوله بوسواس قهري وهو الذي يطرق الفكر بلا اختيار قال في الايعاب بأن وقع في فكره أنه لو تردد في الصلاة ما حكمه ؟ فلا مؤاخذة به قطعا وبه يعلم الفرق بين الوسوسة والشك فهو أن يعدم اليقين وهي أن يستمر اليقين ولكنه يصور في نفسه تقدير التردد ولو كان كيف يكون الأمر فهو من الهاجس الآتى وكذا في الإيمان باللّٰه تعالي لأن ذلك مما يبتلي به الموسوسون فالمؤاخذة به من الحرج اه كردى (قوله : كالإيمان) أي باللّٰه تعالي وهو بكسر الهمزة يعنى كما أنه لايؤاخذ بالوسواس القهري في الإيمان باللّٰه وقوله وغيره أي غير الإيمان من بقية العبادات اهـ.
Dan tidaklah membahayakan terhadap ke absahan ibadah yaitu was² yang tidak terkendali, baik didalam shalat maupun ibadah² lainnya. Seperti bisikan² tentang hal keimanan misalnya.
Was² ialah semacam pikiran yang datang tanpa bisa kita cegah.
Didalam Al I'ab Dikatakan: "Seumpama ketika shalat lalu datanglah pikiran² yang aneh atau was², yang mana menyebabkan bimbang, apa hukumnya?." Jawab: "Tidaklah membahayakan shalatnya sama sekali."
Adapun perbedaan antara was² dan syak (ragu) ialah: "jika syak itu tidak tersisa keyakinan sama sekali didalam hati, sedangkan was² didalam dirinya masih ada keyakinan namun terganggu serta terhalang oleh kebimbangannya."
📚[I'anatut Thalibin. Juz. 1/ Hal. 213]
Komentar
Posting Komentar