Hukum meninggalkan sholat jumaat karna wabah penyakit
Assalamualaikum wr wb.
Diskripsi masalah
Akhir-akhir ini di beberapa negara khususnya di Indonesia marak dengan berita covid 19 baik televisi, radio, koran dan medsos tiap hari memperbincangkan virus tersebut hingga ada kebijakan bagi siswa sekolah untuk tidak masuk sekolah.
Dan shaf dalam shalat berjamaahpun diatur untuk menghindari menularnya virus bahkan sebagian daerah untuk sementara untuk tidak shalat jum'at dengan catatan diganti dengan shalat dhuhur
Pertanyaan :
Bolehkah meninggalkan sholat jumaat dgn Alasan diskiripsi yg d Atas.??
Jawaban :
يتغير حسب المصلحة له زمانًا ومكانًا وحالا
Hukum bisa berubah karena mengikuti mashlahat waktu, tempat dan kondisi.
Ulama Al-Azhar mesir merekomendasikan sebuah fatwa terkait wabah virus carona yang melanda dunia saat ini
Isi fatwa tersebut Apabila di suatu daerah sudah mewabah dan melanda suatu penyakit (virus Carona) Maka Boleh bagi umat islam tidak melaksanakan sholat jemaah dan sholat jumat di masjid. Kerena perkumpulan mudah untuk menularnya virus carona. Bagi umat islam di anjurkan sholat berjemaah di rumah/ mengganti sholat jumat dengan sholat duhur.
______________
Adanya Fatwa ini merupakan bentuk menjaga diri dari hal-hal yang bisa mendatangkan mudhorot yg lbih besar pada umat islam.
أصدرت مؤسسة الأزهر المصرية فتوى بجواز إلغاء صلاة الجمعة الأسبوعية وصلاة الجماعة في المساجد للحد من انتشار فيروس كورونا.
واتخذ الجيش المصري "إجراءات احترازية" للوقاية من الفيروس و"تقديم الدعم لأجهزة الدولة المختلفة".
وأجازت هيئة كبار العلماء بمؤسسة الأزهر، في فتوى رسمية، إيقاف صلوات الجمعة والجماعة لحماية الناس.
وقالت الهيئة في بيان: "في ضوء تواتر المعلومات الطبية من أن الخطر الحقيقي للفيروس هو في سهولة وسرعة انتشاره، *فإن الفتوى تأتي تماشيا مع أعظم مقاصد شريعة الإسلام حفظُ النفوس وحمايتها ووقايتها من كل الأخطار والأضرار".
وأوضحت أن البديل الشرعي عن صلاة الجمعة هو أربع ركعات ظهرا في البيوت، أو في أي مكان غير مزدحم.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Hukumnya ditafsil sebagai berikut
1. bagi orang yang berada di daerah kategori aman, maka tetap *wajib* melaksanakan shalat Jumat; dan tetap dianjurkan melakukan kegiatan keagamaan lain seperti biasanya.
2. bagi orang di daerah yang telah dinyatakan terdapat penyebaran virus Corona, namun tetap dalam konsisi sehat, maka mereka tetap *berkewajiban* melakukan shalat Jumat selama tidak khawatir terdampak virus tersebut.
3. bagi orang yang sudah terkonfirmasi positif terjangkit virus Corona, maka hukumnya *haram* menghadiri kegiatan keagamaan yang melibatkan banyak masa, semisal shalat Jumat.
4. Bagi orang yang suspect (diduga kuat terjangkit virus Corona) dan PDP (Pasien Dalam Pengawasan: sudah dirawat oleh tenaga kesehatan/menjadi pasien), boleh meninggalkan shalat Jumat.
Referensi :
a. Bashabrain, Itsmid al-‘Ainain 98:
( ﻣﺴﺌﻠﺔ ) ﻳﺠﺐ ﻣﻨﻊ ﺍﻷﺑﺮﺹ ﻭﺍﻟﻤﺠﺬﻭﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻭﻣﻦ ﻣﺨﺎﻟﻄﺔ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺳﻮﺍﺀ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ ﻣﻤﻦ ﻗﺪﺭ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻷﻧﻪ ﻣﻦ ﺑﺎﺏ ﺍﻷﻣﺮ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﻭﺍﻟﻨﻬﻲ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮ ﺍﻫـ
b. Manshur bin Yunus bin Idris al-Buhuti, Kasyaf al-Qina’ ‘an Matn al-Iqna’, (Bairut: Dar al-Fikr, 1402 H), VI/126:
( ﻓﺼﻞ ﻭﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻠﺠﺬﻣﺎﺀ ﻣﺨﺎﻟﻄﺔ ﺍﻷﺻﺤﺎﺀ ﻋﻤﻮﻣﺎ ﻭﻻ ﻣﺨﺎﻟﻄﺔ ﺃﺣﺪ ﻣﻌﻴﻦ ﺻﺤﻴﺢ ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻧﻪ ، ﻭﻋﻠﻰ ﻭﻻﺓ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﻣﻨﻌﻬﻢ ﻣﻦ ﻣﺨﺎﻟﻄﺔ ﺍﻷﺻﺤﺎﺀ ﺑﺄﻥ ﻳﺴﻜﻨﻮﺍ ﻓﻲ ﻣﻜﺎﻥ ﻣﻔﺮﺩ ﻟﻬﻢ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻭﺇﺫﺍ ﺍﻣﺘﻨﻊ ﻭﻟﻲ ﺍﻷﻣﺮ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺠﺬﻭﻡ ﺃﺛﻢ ﻭﺇﺫﺍ ﺃﺻﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﻣﻊ ﻋﻠﻤﻪ ﺑﻪ ﻓﺴﻖ ).
c. Abu Yahya Zakariya bin Muhammad bin Ahmad bin Zakariya al-Anshari, Fath al-Wahhab bi Syarh Manhaj at-Thullab, (Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1418 H), I/108-109:
( ﻭﺭﺧﺺ ﺗﺮﻛﻬﺎ ) ﺃﻱ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ( ﺑﻌﺬﺭ ) ﻋﺎﻡ ﺃﻭ ﺧﺎﺹ ﻓﻼ ﺭﺧﺼﺔ ﺑﺪﻭﻧﻪ … ( ﻭﻣﺸﻘﺔ ﻣﺮﺽ ) ﻟﻼﺗﺒﺎﻉ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﺑﺄﻥ ﻳﺸﻖ ﺍﻟﺨﺮﻭﺝ ﻣﻌﻪ ﻛﻤﺸﻘﺔ ﺍﻟﻤﻄﺮ ﻭﺗﻘﻴﻴﺪ ﺍﻟﻤﻄﺮ ﻭﺍﻟﻤﺮﺽ ﺑﺎﻟﻤﺸﻘﺔ ﻣﻦ ﺯﻳﺎﺩﺗﻲ .
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Dalam kajian fiqih, kita menemukan perbedaan pendapat di kalangan ulama perihal pendirian shalat Jumat. Sebagian ulama mengharuskan izin pemerintah sebagaimana pendapat Imam Abu Hanifah dan satu pendapat dalam mazhab Hanbali. Sedangkan sebagian ulama lainnya tidak menjadikan izin pemerintah sebagai syarat sah pendirian Jumat sebagaimana pendapat tiga ulama mazhab lainnya.
نعم يشترط عنده إذن السلطان في إقامتها…قوله (ولا يشترط عندنا إذن السلطان) عبارة الروض وشرحه ولا يشترط حضور السلطان الجمعة ولا إذنه فيها كسائر العبادات لكن يستحب استئذانه فيها اه
Artinya, “Tetapi menurut Imam Abu Hanifah, izin pemerintah menjadi syarat dalam pelaksanaan ibadah Jumat… (menurut kami Mazhab Syafi’i, izin pemerintah bukan syarat) seperti ungkapan Raudhatut Thalib dan syarahnya. Kehadiran pemerintah dan izinnya bukan syarat pelaksanaan Jumat sebagaimana ibadah lainnya. Tetapi (kita) dianjurkan untuk meminta izin pemerintah dalam pelaksanaan Jumat.” (Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I'anatut Thalibin, [Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, tanpa tahun], juz II, halaman 58).
Adapun Mazhab Maliki, Syafi’i, dan Hanbali menurut qaul shahih tidak menjadikan izin pemerintah sebagai syarat sah pelaksanaan ibadah Jumat. Pasalnya, shalat Jumat merupakan ibadah jasmani yang tidak memerlukan izin pihak berwenang. Meski demikian, tiga mazhab ini menyarankan umat Islam untuk meminta izin pemerintah atau pemegang otoritas setempat guna menghindari fitnah.
واعلم) أن إقامة الجمعة لا تتوقف على إذن الإمام أو نائبه باتفاق الأئمة الثلاثة خلافا لأبي حنيفة وعن الشافعي والأصحاب أنه يندب استئذانه فيها خشية الفتنة وخروجا من الخلاف
Ketahuilah, pelaksanaan Jumat tidak tergantung pada izin pemerintah atau wakil pemerintah menurut kesepakatan tiga imam mazhab selain Abu Hanifah. Dari As-Syafi’i dan ulama pengikutnya, (kita) dianjurkan untuk meminta izin pemerintah dalam pelaksanaan Jumat karena khawatir fitnah dan keluar dari khilaf,” (Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I'anatut Thalibin, [Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, tanpa tahun], juz II, halaman 58).
Wallahu A'lamu bisshowab..
_____________________________
Penanggung jawab: @ummi/ امي دندازهيرة
Perumus dan mujawwib: @Ust khosiyanto spdi @ust Aby Abd Hady @Ustadz M . Hasyiem Ritonga spd @Ustad عاشق العلماء, @ustd Ishadi dan Tim Admin yg lainnya.
Komentar
Posting Komentar